LHOKSEUMAWE, KINIFAKTUAL | Jalan nasional Banda Aceh-Medan di kawasan Muara Satu, Lhokseumawe, kini berubah menjadi “jalur maut” yang setiap hari mengancam keselamatan ribuan pengguna jalan.
Kerusakan parah berupa permukaan bergelombang, tidak rata, hingga lubang yang menganga, memperlihatkan betapa lemahnya perhatian pemerintah terhadap infrastruktur vital ini.
Setiap hari, pengendara motor hingga truk besar harus berjibaku menjaga keseimbangan kendaraan. Tak sedikit yang nyaris terjatuh, bahkan beberapa kali warga melaporkan kecelakaan akibat kondisi jalan yang kian memburuk. Ironisnya, jalan ini adalah jalur utama perekonomian Aceh, penghubung antara Banda Aceh dan Medan.
Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Malikussaleh (Himatesip Unimal), Maulana Zikri, menyebut kerusakan ini tidak bisa lagi dianggap lumrah.
“Jalan nasional adalah urat nadi rakyat. Ketika rusak dibiarkan, sama saja pemerintah menutup mata terhadap ancaman keselamatan publik. Tidak boleh lagi ada alasan menunda perbaikan,” tegas Maulana.
Tambal Sulam Tak Lagi Cukup
Fakta di lapangan menunjukkan, kerusakan jalan di Muara Satu sudah bertahun-tahun hanya ditangani dengan tambal sulam seadanya. Solusi sementara ini terbukti gagal. Tak lama setelah ditambal, jalan kembali rusak, bahkan lebih parah dari sebelumnya.
Himatesip menilai, kegagalan penanganan ini mencerminkan lemahnya pengawasan proyek infrastruktur. Jalan yang seharusnya menjadi aset negara, justru menjadi simbol abai dan ketidakseriusan dalam perencanaan teknis.
“Sebagai insan teknik sipil, kami tahu betul kerusakan seperti ini butuh solusi jangka panjang, bukan perbaikan kosmetik. Setiap detik penundaan adalah taruhan nyawa,” tambah Maulana.
Panggilan Keras untuk Pemerintah
Himatesip Unimal mendesak Pemerintah Aceh, Balai Jalan Nasional, hingga Kementerian PUPR segera turun tangan. Jalan nasional bukan sekadar infrastruktur fisik, melainkan simbol hadir atau tidaknya negara bagi rakyatnya.
“Kami mengingatkan, jalan ini adalah milik publik. Pemerintah jangan hanya hadir ketika ada proyek dan anggaran, tapi absen saat rakyat menjerit. Muara Satu harus segera diperbaiki dengan desain teknis yang benar, agar rakyat kembali merasa aman dan dihargai,” tutup Maulana.