Ibu di Bandung Bunuh Diri dan Racuni 2 Anaknya karena Himpitan Ekonomi, Alarm Keras untuk Negara

Ibu di Bandung Bunuh Diri dan Racuni 2 Anaknya karena Himpitan Ekonomi, Alarm Keras untuk Negara

KINIFAKTUAL | Sosiolog dari Universitas Paramadina Septa Dinata menilai kasus seorang ibu rumah tangga (IRT) yang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri (bundir), setelah meracuni dua anaknya di Bandung, Jawa Barat menjadi peringatan penting bagi negara.

“Kasus yang menimpa ibu rumah tangga tersebut tentu sangat tragis dan menyedihkan. Peristiwa ini tidak bisa dilihat semata-mata sebagai persoalan individu, tetapi juga terkait dengan masalah struktural, tekanan sosial dan ekonomi yang dihadapi keluarga,” ucap Septa seperti dikutip dari Inilah.com Senin (8/9/2025).

Ia menilai dari sisi masyarakat, kasus ini menjadi pengingat penting bila persoalan ekonomi bukan hanya berdampak pada kesejahteraan material, tetapi juga kesehatan mental dan relasi keluarga.

Dia menegaskan, negara dan komunitas perlu memperkuat sistem dukungan dan jejaring pengaman sosial, baik berupa layanan konseling, solidaritas sosial, maupun perlindungan keluarga agar orang yang berada dalam kondisi rentan tidak merasa sendirian.

“Dalam kondisi ekonomi yang sulit, beban utang, dan keterbatasan akses pada dukungan sosial maupun psikologis, seseorang bisa mengalami keputusasaan yang mendalam,” jelasnya.

Dalam beberapa kasus, kata Septa, rasa terjebak dan tidak adanya jalan keluar dapat memicu pikiran ekstrem, termasuk mengakhiri hidupnya sendiri.

“Namun, keputusan untuk melibatkan anak-anak biasanya berhubungan dengan perasaan ‘ingin membawa serta’, karena tidak tega meninggalkan anak dalam kondisi menderita,” tegasnya.

Hal ini mencerminkan adanya tekanan psikologis yang berat, bercampur dengan keterbatasan ruang untuk mencari pertolongan. Septa menyatakan bila kesulitan ekonomi memang menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kondisi mental seseorang.

“Tapi yang lebih penting, ini adalah sinyal bahwa kita perlu membangun jejaring dukungan sosial yang lebih kuat, agar tragedi seperti ini tidak terulang,” tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, ibu berinisial EN (34) ditemukan tewas tergantung usai diduga meracuni dua anaknya yang masih berusia 9 tahun dan 11 bulan. Sebuah surat wasiat ditemukan di dinding kontrakan tempat tinggal korban.

Surat wasiat itu berupa secarik kertas yang berisi tulisan pilu EN. Isi surat itu menggambarkan jeritan EN dalam menghadapi masalah hidup. Kertas itu menempel di dinding kontrakan EN yang berada di Kecamatan Banjarang, Kabupaten Bandung.

EN ditemukan meninggal di dalam kontrakannya bersama dua anaknya. Polisi mengatakan tidak ada luka yang ditemukan pada ketiga korban.

“Untuk posisi pintu dan jendela dalam keadaan terkunci dari dalam dan tidak ditemukan luka terbuka terhadap para korban,” ujar Kasat Reskrim Polresta Bandung Kompol Luthfi Olot Gigantara, Sabtu (6/9/2025).

Luthfi menjelaskan polisi turut menemukan sebuah ponsel dan secarik kertas yang berisi curahan hati perempuan EN kepada suaminya YS. Kertas tersebut disimpan di dinding ruang tengah. “Barang bukti tersebut kini diamankan untuk penyelidikan lebih lanjut,” ucapnya.

Surat wasiat tersebut ditulis EN dalam bahasa Sunda. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, isi pesan di surat itu memuat rasa letih dan frustrasi EN dalam menghadapi masalah dan impitan ekonomi yang diderita keluarganya.

Salah satu bagian di isi surat itu juga memuat pesan EN yang meminta maaf kepada dua anaknya. Dalam surat tersebut, EN menuliskan telah ikhlas walaupun harus masuk neraka dibandingkan melihat kedua anaknya hidup susah.

Sumber : Inilah.com